RSS Feed
4:12 PM
eRiC
| Tweet |
Pada abad ke-18 adalah awal dari sejarah adanya kopi Luwak di Indonesia. Pada saat itu pemerintah Belanda mulai membuka lahan perkebunan komersial di Hindia Belanda, khususnya di pulau Jawa dan Sumatera. Salah satu yang jenis kopi yang dibudidayakan adalah bibit kopi arabika yang didatangkan langsung dari Yaman.
Pemerintah Belanda Pada jaman era Tanam Paksa atau Cultuurstelsel (1830—1870) melarang pekerja perkebunan pribumi untuk memetik buah kopi untuk dikonsumsi pribadi. Hingga akhirnya pekerja perkebunan menemukan kotoran binatang musang yang mengandung butiran biji kopi di area perkebunan tersebut.
Karena ada larangan bagi pekerja pribumi untuk memetik biji kopi perkebunan, maka para petani mengakalinya dengan mengumpulkan biji kopi pada kotoran luwak dan memprosesnya dengan cara mencucinya terlebih dahulu, kemudian disangrai dan ditumbuk, lalu diseduh dengan air panas seperti layaknya membuat secangkir kopi. Ternyata petani malah merasakan sensasi yang berbeda dari kopi yang mereka temukan.
Aroma dan rasa dari kopi tersebut sangat berbeda dengan kopi pada umumnya, kopi luwak mereka rasakan jauh lebih nikmat dari kopi yang biasa. Maka sejak itu terciptalah kopi luwak. Kabar mengenai nikmatnya Kopi Luwak hasil penemuan petani tersebut akhirnya tercium oleh orang Belanda pemilik perkebunan.
Dan sejak itulah kopi luwak menjadi minuman kesukaan kalangan elit Belanda. Namun karena kelangkaannya serta proses pembuatannya termasuk tidak lazim, kopi luwak pun menjadi kopi termahal didunia sejak zaman kolonial.
Sehari seekor Luwak hanya dapat memproduksi sekitar 0,2 - 0,4 kg biji kopi. Karena itulah mengapa kopi luwak asli bisa menjadi sangat mahal, karena produksinya yang sangatlah terbatas.
Di dunia ada dua jenis kopi luwak terbaik yaitu kopi Luwak dari biji kopi robusta dan dari biji kopi arabika. Jenis arabika adalah yang pertama kali di kembangkan di dunia, berasal dari spesies coffea arabica.
